Narasi 1 Tahun Pandemi

2 Maret 2020. Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan
untuk pertama kalinya warga negara Indonesia terjangkit virus corona.
Sita Tyasutami adalah pasien 01 yang kemudian dirawat bersama
ibu dan kakaknya di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso,
Jakarta Utara. Mereka diduga terpapar dari warga negara Jepang yang berkunjung
ke Indonesia.
Pandemi corona menimbulkan dampak besar pada berbagai aspek
kehidupan. Krisis kesehatan dan ekonomi ini membuat kegiatan bekerja hingga
sekolah harus dilakukan di rumah, mobilitas ke luar rumah dibatasi, mewajibkan
protokol kesehatan, resesi ekonomi, hingga gugurnya garda terdepan yakni dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.
Bahkan, sempat terjadi panic buying pada awal-awal pandemi.
Kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan pokok, masker, hingga hand sanitizer
ludes. Hal ini terjadi di minimarket, supermarket, sampai apotek hingga membuat
barang-barang tersebut sempat langka.
Sejumlah kebijakan diambil pemerintah, baik pusat maupun daerah,
untuk mengatasi persoalan pandemi ini. Seperti pemberian bantuan sosial
(bansos) sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak, melarang
mudik Lebaran hingga menutup pintu masuk internasional demi mencegah penularan
COVID-19.
Dalam 6 bulan pertama, kurva kasus harian corona justru
mengalami meningkat. Pada 27 Juli 2020, kasus corona tembus di angka 100 ribu,
dan hariannya terus meningkat pascalibur panjang Lebaran.
Berbeda dengan kebanyakan negara lainnya, Indonesia sejak awal
tidak pernah memberlakukan penutupan total atau lockdown. Pemerintah lebih
memilih melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lalu diubah menjadi
PPKM, dan kini beralih jadi PPKM skala mikro.
Menurut Jokowi, memilih PSBB ketimbang lockdown sudah
diperhitungkan matang-matang menyesuaikan kondisi Indonesia.
Pada 23 November 2020, kasus corona di Indonesia mencapai
setengah juta orang. Sebuah angka yang tidak sedikit, bahkan menyalip Filipina
sebagai negara Asia Tenggara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak. Tak
sedikit pihak menyatakan Indonesia gagal mengendalikan pandemi ini karena
korban meninggal terus berjatuhan.
Dikarenakan
kian cepatnya penularan corona, pemerintah memberlakukan aturan pengetatan
perjalanan untuk libur Natal dan Tahun Baru 2021. Pemerintah terus menggaungkan
agar libur panjang lebih baik di rumah saja demi menekan laju penyebaran
COVID-19.
Persyaratan
bepergian ikut diperketat, seperti wajib menyertakan surat keterangan hasil
negatif COVID-19 menggunakan RT-PCR atau rapid test antigen. Kebijakan ini
berlaku untuk seluruh moda transportasi, mulai dari pesawat, kereta, hingga
kapal laut.
Sementara itu, mulai awal Februari 2021, tren kasus corona
harian mulai menunjukkan perbaikan. Jika dari pertengahan hingga akhir Januari
kasus masih cukup konsisten di atas 10 ribu kasus, perlahan angkanya mulai
turun sampai sekarang jadi di bawah 10 ribu.
Penurunan
signifikan turut terjadi kasus aktif corona secara nasional, dari angka 171
ribu hingga 157 ribu.
"Sebelumnya
171 ribu turun sampai ke angka 157 ribu. Jadi ada penurunan 14 ribuan kasus
aktif yang bisa kita lihat progresnya dan persentasenya juga yang awalnya
bahkan sebelum PPKM 14 persen sekarang ke angka 12,19%," jelas Ketua
Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah.
Hingga 1 Maret 2021, penularan corona masih terus terjadi
meski penambahan hariannya menunjukkan penurunan hingga di bawah 10 ribu kasus.
Namun, tren baik ini bukan berarti pandemi ini akan segera berakhir.
Per Senin
(1/3), kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.341.314 orang atau
terjadi penambahan 6.680 pasien dalam sehari.
Dalam
periode yang sama, sebanyak 36.325 jiwa meninggal dunia akibat corona atau
sekitar 2,7 persen dari total kasus. Sayangnya, kasus kematian setiap harinya
masih tergolong tinggi, yakni di atas 150 orang.
Sementara itu, sudah 1.151.915 orang dinyatakan sembuh dari
COVID-19, atau 85,9 persen dari total kasus terkonfirmasi. Kasus aktif juga
kian menurun. Jika pada bulan sebelumnya sempat mencapai 175 ribu, kini kasus
aktif turun jadi 153.074 orang.
Bagaimana dengan
vaksinasi corona yang sudah berjalan lebih dari 1,5 bulan ini? Jumlah tenaga
kesehatan yang mendapatkan suntikan dosis pertama bahkan sudah mencapai 100
persen, atau 1.720.523 orang dari 1.468.764 sasaran vaksinasi nakes. Lalu sudah
1.002.218 nakes yang menerima suntikan dosis keduanya.
Mengapa
jumlah penerima vaksin lebih banyak dari target? Sebab, jumlah nakes yang
disuntik masih bisa bertambah atau berkurang mengikuti kondisi di lapangan. Ada
yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan setelah sebelumnya tidak bisa, namun
ada juga yang batal atau ditunda karena kondisi kesehatannya, seperti baru
sembuh corona, komorbid, atau sedang hamil.
Komentar
Posting Komentar