Narasi 1 Tahun Pandemi

 

Uploading: 371712 of 641281 bytes uploaded.

2 Maret 2020. Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan untuk pertama kalinya warga negara Indonesia terjangkit virus corona.

Sita Tyasutami adalah pasien 01 yang kemudian dirawat bersama ibu dan kakaknya di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Mereka diduga terpapar dari warga negara Jepang yang berkunjung ke Indonesia.

Pandemi corona menimbulkan dampak besar pada berbagai aspek kehidupan. Krisis kesehatan dan ekonomi ini membuat kegiatan bekerja hingga sekolah harus dilakukan di rumah, mobilitas ke luar rumah dibatasi, mewajibkan protokol kesehatan, resesi ekonomi, hingga gugurnya garda terdepan yakni dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Bahkan, sempat terjadi panic buying pada awal-awal pandemi. Kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan pokok, masker, hingga hand sanitizer ludes. Hal ini terjadi di minimarket, supermarket, sampai apotek hingga membuat barang-barang tersebut sempat langka.

Sejumlah kebijakan diambil pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mengatasi persoalan pandemi ini. Seperti pemberian bantuan sosial (bansos) sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak, melarang mudik Lebaran hingga menutup pintu masuk internasional demi mencegah penularan COVID-19.

Dalam 6 bulan pertama, kurva kasus harian corona justru mengalami meningkat. Pada 27 Juli 2020, kasus corona tembus di angka 100 ribu, dan hariannya terus meningkat pascalibur panjang Lebaran.

Berbeda dengan kebanyakan negara lainnya, Indonesia sejak awal tidak pernah memberlakukan penutupan total atau lockdown. Pemerintah lebih memilih melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lalu diubah menjadi PPKM, dan kini beralih jadi PPKM skala mikro.

Menurut Jokowi, memilih PSBB ketimbang lockdown sudah diperhitungkan matang-matang menyesuaikan kondisi Indonesia.

Pada 23 November 2020, kasus corona di Indonesia mencapai setengah juta orang. Sebuah angka yang tidak sedikit, bahkan menyalip Filipina sebagai negara Asia Tenggara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak. Tak sedikit pihak menyatakan Indonesia gagal mengendalikan pandemi ini karena korban meninggal terus berjatuhan.

Dikarenakan kian cepatnya penularan corona, pemerintah memberlakukan aturan pengetatan perjalanan untuk libur Natal dan Tahun Baru 2021. Pemerintah terus menggaungkan agar libur panjang lebih baik di rumah saja demi menekan laju penyebaran COVID-19.

Persyaratan bepergian ikut diperketat, seperti wajib menyertakan surat keterangan hasil negatif COVID-19 menggunakan RT-PCR atau rapid test antigen. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh moda transportasi, mulai dari pesawat, kereta, hingga kapal laut.

Sementara itu, mulai awal Februari 2021, tren kasus corona harian mulai menunjukkan perbaikan. Jika dari pertengahan hingga akhir Januari kasus masih cukup konsisten di atas 10 ribu kasus, perlahan angkanya mulai turun sampai sekarang jadi di bawah 10 ribu.

Penurunan signifikan turut terjadi kasus aktif corona secara nasional, dari angka 171 ribu hingga 157 ribu.

"Sebelumnya 171 ribu turun sampai ke angka 157 ribu. Jadi ada penurunan 14 ribuan kasus aktif yang bisa kita lihat progresnya dan persentasenya juga yang awalnya bahkan sebelum PPKM 14 persen sekarang ke angka 12,19%," jelas Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah.

Hingga 1 Maret 2021, penularan corona masih terus terjadi meski penambahan hariannya menunjukkan penurunan hingga di bawah 10 ribu kasus. Namun, tren baik ini bukan berarti pandemi ini akan segera berakhir.

Per Senin (1/3), kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.341.314 orang atau terjadi penambahan 6.680 pasien dalam sehari.

Dalam periode yang sama, sebanyak 36.325 jiwa meninggal dunia akibat corona atau sekitar 2,7 persen dari total kasus. Sayangnya, kasus kematian setiap harinya masih tergolong tinggi, yakni di atas 150 orang.

Sementara itu, sudah 1.151.915 orang dinyatakan sembuh dari COVID-19, atau 85,9 persen dari total kasus terkonfirmasi. Kasus aktif juga kian menurun. Jika pada bulan sebelumnya sempat mencapai 175 ribu, kini kasus aktif turun jadi 153.074 orang.

Bagaimana dengan vaksinasi corona yang sudah berjalan lebih dari 1,5 bulan ini? Jumlah tenaga kesehatan yang mendapatkan suntikan dosis pertama bahkan sudah mencapai 100 persen, atau 1.720.523 orang dari 1.468.764 sasaran vaksinasi nakes. Lalu sudah 1.002.218 nakes yang menerima suntikan dosis keduanya.

Mengapa jumlah penerima vaksin lebih banyak dari target? Sebab, jumlah nakes yang disuntik masih bisa bertambah atau berkurang mengikuti kondisi di lapangan. Ada yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan setelah sebelumnya tidak bisa, namun ada juga yang batal atau ditunda karena kondisi kesehatannya, seperti baru sembuh corona, komorbid, atau sedang hamil.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Canva

Aplikasi Presentasi(Jenis Dan Fungsinya)